VT Markets APP

    Perdagangkan CFD di FX, Emas dan lainnya

    Dapatkan

    Seminggu kedepan: Dilema Inflasi dan Pemotongan Suku Bunga

    November 21, 2024

    Inflasi Kembali Jadi Perhatian Utama

    Laporan Indeks Harga Konsumen (IHK) terbaru menunjukkan bahwa inflasi kembali menjadi sorotan. Setelah sebelumnya mencapai titik terendah dalam hampir delapan bulan, inflasi naik menjadi 2,6% pada Oktober. Sementara itu, inflasi inti—yang tidak mencakup biaya pangan dan energi—tetap stabil di angka 3,3%.

    Peningkatan tekanan inflasi ini membuat pelaku pasar semakin waspada, terutama menjelang keputusan Federal Reserve terkait suku bunga yang kian mendekat.

    Penurunan Suku Bunga Fed Semakin Dekat

    Dengan inflasi yang masih di atas target Federal Reserve sebesar 2%, spekulasi bahwa bank sentral mungkin salah memperkirakan langkah-langkah pelonggaran moneternya terus berkembang.

    Sejak September, Fed telah melonggarkan kebijakan dengan menurunkan suku bunga dari 5,5% menjadi 4,75%. Banyak pelaku pasar meyakini bahwa suku bunga akan kembali diturunkan menjadi 4,5% pada Desember.

    Sebelum laporan IHK terbaru, peluang penurunan sebesar 0,25% diperkirakan sebesar 60,3%. Namun, setelah laporan ini dirilis, peluang tersebut melonjak menjadi 82,5%. Hal ini menunjukkan keyakinan bahwa inflasi belum cukup tinggi untuk menghentikan siklus pelonggaran Fed.

    Ketakutan Terhadap Inflasi yang Lebih Cepat

    Jika Fed terus memangkas suku bunga secara agresif, tekanan inflasi tambahan pada 2025 menjadi risiko nyata. Hal ini diperparah oleh ketidakpastian pasar atas kebijakan fiskal yang direncanakan, seperti pemotongan pajak, tarif yang lebih tinggi, atau langkah ketat terhadap imigrasi yang diusulkan tokoh politik seperti Donald Trump.

    Kebijakan ini, meski belum memiliki jadwal pasti, berpotensi memperkuat tekanan inflasi dalam beberapa bulan mendatang. Situasi ini menimbulkan pertanyaan besar: Apakah langkah Fed akan terlalu agresif, sehingga justru memicu inflasi lebih lanjut di masa depan?

    Penjualan Obligasi dan Biaya Pinjaman yang Naik

    Pasar bereaksi cepat terhadap kondisi ini. Investor mulai menjual obligasi pemerintah, menyebabkan biaya pinjaman meningkat. Hal ini menghapus sebagian efek positif dari pemotongan suku bunga sebelumnya, dengan suku bunga hipotek yang kembali mengalami kenaikan.

    Dolar AS juga terus menguat, didorong ekspektasi pelonggaran suku bunga lebih lanjut pada 2025. Kenaikan nilai dolar ini, ditambah inflasi yang meningkat, menambah kompleksitas prospek pasar.

    Mata Uang dan Komoditas

    Dalam beberapa minggu ke depan, pasar diperkirakan akan mengalami volatilitas tinggi. Pertemuan Federal Reserve pada Desember akan menjadi penentu arah inflasi dan kebijakan moneter ke depannya. Pelaku pasar perlu tetap waspada terhadap perubahan kebijakan fiskal maupun indikasi penyesuaian strategi suku bunga oleh Fed.

    Pada pasar valuta asing, beberapa tren berikut patut diperhatikan:

    Indeks USD (USDX) menunjukkan tren bullish, bertahan di sekitar 107,00. Jika penurunan suku bunga terjadi, indeks ini berpotensi naik lebih tinggi.

    Pasangan EUR/USD terus melemah seiring penguatan dolar, sementara GBP/USD stabil tetapi menghadapi support di level 1,2550.

    USD/JPY menjadi fokus utama, terutama di area resistensi 157,40 hingga 158,30.

    Di pasar kripto, Bitcoin baru-baru ini mengalami lonjakan, mencapai puncak di sekitar $88.000. Namun, konsolidasi harga menunjukkan potensi koreksi ke depan.

    Apa yang Akan Datang

    Beberapa minggu ke depan akan menjadi krusial. Dengan inflasi, kebijakan fiskal, dan keputusan Federal Reserve yang berperan besar, pasar akan tetap aktif dan tidak dapat diprediksi.

    Baik Anda bertransaksi di pasar valas, komoditas, maupun ekuitas, mempersiapkan diri sebelum peristiwa besar ini dapat menjadi peluang atau risiko, tergantung pada bagaimana kondisi berkembang.

    Buat akun live VT Markets Anda sekarang dan mulailah bertransaksi!