Dolar AS mengalami pelemahan mendekati level terendah dalam satu minggu pada hari Jumat, setelah pasar melihat sinyal campuran dari data tenaga kerja Amerika Serikat. Data ini sangat dinantikan menjelang rilis laporan penggajian bulanan yang dianggap akan menentukan langkah kebijakan Federal Reserve selanjutnya.
Indeks dolar, yang mengukur kekuatan mata uang AS terhadap enam mata uang utama lainnya, stabil di angka 101,03 pada pukul 00.15 GMT, setelah turun sekitar 0,2% pada hari sebelumnya dan menyentuh level terendah 100,96 untuk pertama kalinya sejak 29 Agustus. Sepanjang minggu, indeks dolar telah turun hampir 0,7%, menandakan ketidakpastian pasar.
Pada hari Kamis, data menunjukkan bahwa jumlah warga Amerika yang mengajukan klaim pengangguran baru menurun, dengan tingkat PHK yang tetap rendah. Kondisi ini meredakan kekhawatiran bahwa pasar tenaga kerja mengalami pelemahan signifikan. Namun, sehari sebelumnya, data menunjukkan pertumbuhan pekerjaan sektor swasta turun ke level terendah dalam 3,5 tahun pada bulan Agustus, menimbulkan pertanyaan mengenai kekuatan sebenarnya dari pasar tenaga kerja.
Ekonom yang disurvei oleh Reuters memperkirakan kenaikan sebesar 165.000 pekerjaan pada bulan Agustus, dibandingkan dengan peningkatan 114.000 pada bulan Juli. Data ini menjadi sorotan menjelang keputusan The Fed terkait langkah kebijakan moneter.
Setelah rilis data tenaga kerja, Gubernur The Fed Christopher Waller dan Presiden The Fed New York John Williams dijadwalkan memberikan pidato sebagai bagian dari “Fedspeak” terakhir sebelum periode tenang menjelang pertemuan kebijakan pada bulan ini. Para pelaku pasar saat ini memperkirakan peluang sekitar 40% untuk pemotongan suku bunga sebesar 50 basis poin pada 18 September, menurut alat FedWatch dari CME Group. Ini menunjukkan adanya ekspektasi bahwa The Fed akan merespons kondisi pasar tenaga kerja dengan lebih agresif.
Baca Juga : Dolar AS Melemah di Tengah Tekanan Pasar Tenaga Kerja
Ketua The Fed, Jerome Powell, telah memberikan sinyal bahwa fokus bank sentral telah bergeser dari memerangi inflasi menuju stabilisasi pasar tenaga kerja. Hal ini menegaskan bahwa kebijakan pelonggaran moneter segera akan menjadi kenyataan.
Meskipun dolar terus melemah, beberapa analis melihat adanya potensi rebound. Analis dari TD Securities memperkirakan bahwa laporan penggajian Agustus akan menjadi momen penentu bagi pasar. Jika data menunjukkan penambahan pekerjaan yang lebih baik dari perkiraan, hal ini bisa memicu pemotongan suku bunga yang lebih kecil dan memulihkan kekuatan dolar. Mereka memperkirakan 205.000 pekerjaan ditambahkan pada bulan Agustus, yang akan mendukung skenario pemotongan seperempat poin pada pertemuan kebijakan bulan ini.
Dolar stabil di 143,25 yen, setelah sebelumnya turun ke 142,855 semalam, terpengaruh oleh penurunan imbal hasil Treasury AS. Sementara itu, euro bertahan di $1,1112, sedikit di bawah level tertinggi satu minggu sebelumnya. Poundsterling juga tidak banyak berubah di $1,31755, tetap mendekati level tertinggi yang dicapai pada hari Kamis.
Di pasar komoditas, emas berhasil mempertahankan momentum bullish dengan target breakout yang lebih tinggi. Harga emas mencapai $2.523, melampaui level tertinggi empat hari sebelumnya. Emas berhasil memantul dari level dukungan di sekitar puncak pola konsolidasi segitiga simetris, yang memberikan sinyal bullish tambahan.
Target selanjutnya untuk emas adalah $2.605, yang didukung oleh pola segitiga simetris dan tren naik jangka panjang. Jika emas berhasil menembus level ini, ada potensi harga akan terus naik hingga mencapai target berikutnya di $2.654 hingga $2.661, yang ditentukan oleh analisis Fibonacci.
Pasar mata uang dan komoditas terus menunjukkan volatilitas yang tinggi di tengah ketidakpastian data ekonomi global. Para pelaku pasar terus memantau data tenaga kerja dan kebijakan moneter dari The Fed, sementara emas tetap menjadi aset yang menarik di tengah ketidakpastian ekonomi. Target jangka panjang emas berada di $2.797, yang diperkirakan akan tercapai jika momentum bullish terus berlanjut.