Selama sesi Asia, GBP/USD naik menjadi sekitar 1.2910 ketika imbal hasil AS turun.

    by VT Markets
    /
    Mar 27, 2025
    GBP/USD sedang pulih, naik sekitar 1.2910, karena Dolar AS melemah akibat turunnya imbal hasil Treasury. Perhatian pasar berfokus pada data Klaim Pengangguran Awal AS yang akan datang dan data Produk Domestik Bruto (PDB) Tahunan kuartal ke-4. AS baru-baru ini memperkenalkan tarif 25% pada impor mobil, yang akan mulai berlaku pada 2 April, meningkatkan ketegangan perdagangan global. Komentar dari Presiden Fed St. Louis, Alberto Musalem, menyatakan kekhawatiran bahwa tarif tersebut dapat mengganggu stabilitas ekonomi AS dan meningkatkan inflasi. Data inflasi Inggris menunjukkan peningkatan CPI tahunan sebesar 2,8%, lebih rendah dari perkiraan 2,9%, yang memunculkan spekulasi tentang kemungkinan pelonggaran oleh Bank of England. CPI inti naik 3,5%, sedikit di bawah ekspektasi 3,6%, sementara inflasi di sektor layanan tetap stabil di 5%. Pound Sterling, yang diakui sebagai mata uang tertua di dunia, menyumbang 12% dari transaksi valuta asing. Nilainya terutama dipengaruhi oleh tindakan kebijakan moneter dari Bank of England, yang bertujuan untuk menjaga tingkat inflasi sekitar 2%. Indikator ekonomi seperti PDB, PMI, dan data ketenagakerjaan sangat mempengaruhi nilai Pound Sterling. Neraca Perdagangan yang positif, yang menunjukkan nilai ekspor lebih tinggi daripada impor, menguatkan mata uang tersebut. Peserta pasar disarankan untuk melakukan riset menyeluruh sebelum mengambil keputusan investasi, karena berinvestasi melibatkan berbagai risiko termasuk potensi kerugian finansial. Dengan Dolar AS yang melemah di tengah imbal hasil Treasury yang lebih lembut, pemulihan GBP/USD menuju 1.2910 menunjukkan perubahan sentimen di pasar valuta. Fokus kini beralih ke data ekonomi AS, khususnya Klaim Pengangguran Awal dan angka PDB kuartal ke-4, yang akan membimbing ekspektasi untuk keputusan kebijakan Federal Reserve dalam beberapa bulan mendatang. Sementara itu, tarif baru sebesar 25% pada impor mobil, yang akan berlaku pada 2 April, telah meningkatkan kecemasan seputar dinamika perdagangan global. Musalem dari Fed St. Louis telah menyuarakan skeptisisme tentang konsekuensi potensial, memperingatkan bahwa kebijakan semacam itu dapat mengganggu stabilitas ekonomi dan memperburuk tekanan inflasi. Jika tarif terus menjadi perhatian pasar, kemungkinan akan ada reaksi lebih lanjut di pasar valuta, terutama terkait aset yang sensitif terhadap risiko. Di Inggris, angka inflasi sedikit melambat, dengan pembacaan CPI utama dan inti di bawah perkiraan. Meskipun inflasi layanan tetap relatif tinggi di 5%, perlambatan keseluruhan telah mendorong spekulasi tentang pemotongan suku bunga oleh Bank of England. Jika pembuat kebijakan menunjukkan kesiapan untuk melonggarkan kebijakan moneter, ekspektasi untuk biaya pinjaman yang lebih rendah dapat menambah tekanan pada Pound dalam jangka pendek. Peran Pound dalam keuangan internasional tetap signifikan, dengan langkah-langkah kebijakan moneter dari Bank of England membentuk kekuatan mata uang tersebut. Mengingat target inflasi tetap menjadi fokus utama pendekatan BoE, penyimpangan dari tujuan 2% cenderung memicu spekulasi terkait pergerakan suku bunga. Dalam beberapa tahun terakhir, faktor eksternal, termasuk posisi perdagangan dan perubahan dalam selera risiko global, juga berperan dalam penetapan harga Sterling. Poin-poin penting, mengkaji laporan PDB, PMI, dan ketenagakerjaan yang akan datang sangat penting, karena indikator ini memberikan wawasan tentang kekuatan ekonomi. Defisit perdagangan yang melebar dapat merugikan Pound, sementara surplus ekspor sering mendukung permintaan untuk mata uang tersebut. Mengingat penyesuaian yang sedang berlangsung dalam ekspektasi kebijakan moneter, mendefinisikan tingkat risiko dan tetap terinformasi adalah perlu saat menghadapi fluktuasi nilai tukar.

    Mulai trading sekarang — klik di sini untuk membuat akun live VT Markets Anda.

    see more

    Back To Top
    Chatbots