Dolar AS melemah terhadap sebagian besar mata uang utama pada hari Rabu setelah data pembukaan pekerjaan AS bulan Juli menunjukkan pelonggaran di pasar tenaga kerja. Kondisi ini meningkatkan ekspektasi bahwa Federal Reserve akan segera melakukan pemotongan suku bunga yang lebih besar.
Para pedagang di pasar finansial kini memperkirakan peluang besar bagi The Fed untuk memangkas suku bunga sebesar setengah poin persentase pada pertemuan berikutnya. Hal ini didorong oleh laporan bahwa pembukaan pekerjaan pada bulan Juli turun ke level terendah dalam 3,5 tahun terakhir.
Laporan penggajian non-pertanian AS yang akan dirilis pada hari Jumat diperkirakan akan memberikan petunjuk lebih lanjut mengenai waktu dan laju pemotongan suku bunga oleh Federal Reserve. Jika data penggajian ini menunjukkan adanya pelemahan signifikan, peluang bagi The Fed untuk mengurangi suku bunga akan semakin besar.
Presiden Federal Reserve Atlanta, Raphael Bostic, juga memberikan pernyataan penting pada hari Rabu. Ia menyebutkan bahwa Bank Sentral AS tidak boleh mempertahankan suku bunga yang terlalu tinggi terlalu lama, karena hal tersebut dapat berdampak negatif pada lapangan kerja di AS.
Indeks dolar, yang mengukur kekuatan dolar AS terhadap enam mata uang utama dunia, turun sebesar 0,3% menjadi 101,4. Sementara itu, dolar AS juga melemah 1% terhadap yen Jepang, dengan nilai tukar mencapai 144,07 yen, level terendah dalam satu minggu terakhir. Pelemahan ini disebabkan oleh para investor yang cenderung menghindari aset berisiko di tengah ketidakpastian ekonomi global.
Saham-saham di AS juga menunjukkan pelemahan, melanjutkan penurunan tajam yang terjadi pada hari Selasa akibat kekhawatiran terhadap prospek ekonomi AS dan penilaian sektor teknologi. Data manufaktur AS yang dirilis pada hari Selasa memperburuk sentimen pasar, menambah kekhawatiran bahwa ekonomi terbesar di dunia tersebut mungkin mengalami penurunan tajam.
Dolar AS, yang sempat merosot lebih dari 2% terhadap sekeranjang mata uang utama pada bulan Agustus, kini mulai stabil. Namun, volatilitas yang tinggi di pasar finansial global terus mendorong permintaan akan mata uang yang dianggap lebih aman.
Menurut Marc Chandler, kepala strategi pasar di Bannockburn Global Forex, ketidakstabilan pasar saham serta penurunan imbal hasil obligasi AS telah memperkuat posisi yen sebagai mata uang yang lebih menarik bagi investor. Indeks dolar saat ini berada sekitar 1% di atas level terendahnya pada akhir Agustus, yakni 100,51.
Brad Bechtel, kepala global FX di Jefferies, dalam sebuah catatan menyebutkan bahwa dolar AS saat ini dalam posisi “takut untuk bangkit lebih jauh” hingga ada lebih banyak informasi yang mendukung. Setelah data penggajian AS dirilis pada hari Jumat, Bechtel memperkirakan bahwa nilai indeks dolar (DXY) akan berada di antara 100 atau lebih rendah, atau 104 atau lebih tinggi.
Survei yang dilakukan oleh Reuters menunjukkan bahwa ekonom memperkirakan laporan penggajian non-pertanian AS akan menunjukkan peningkatan sebanyak 165.000 pekerjaan pada bulan Agustus, setelah kenaikan 114.000 pekerjaan di bulan sebelumnya. Selain itu, klaim pengangguran yang akan dirilis pada hari Kamis juga menjadi perhatian investor dalam memprediksi langkah-langkah kebijakan Federal Reserve selanjutnya.
Sementara itu, euro menguat sebesar 0,2% menjadi $1,107075, pulih dari penurunan kecil yang terjadi pada awal sesi. Aktivitas bisnis di zona euro didorong oleh penyelenggaraan Olimpiade oleh Prancis pada bulan lalu. Namun, para analis memperkirakan bahwa kondisi ekonomi di kawasan tersebut akan kembali lesu setelah Paralympics berakhir, seiring dengan lemahnya permintaan.
Dolar Kanada juga menunjukkan kenaikan sebesar 0,3% terhadap dolar AS setelah Bank of Canada memangkas suku bunga acuan sebesar 25 basis poin menjadi 4,25%, sesuai dengan perkiraan. Namun, bank tersebut juga menyatakan kekhawatiran bahwa pertumbuhan ekonomi yang lebih lemah dari perkiraan bisa menyebabkan inflasi turun terlalu cepat.
Secara keseluruhan, pelemahan dolar AS mencerminkan kekhawatiran pasar terhadap kondisi ekonomi global, terutama terkait pasar tenaga kerja dan prospek suku bunga di AS. Pergerakan nilai tukar mata uang utama dunia ini sangat bergantung pada data ekonomi yang akan dirilis, terutama laporan penggajian AS yang dinilai sebagai penentu arah kebijakan Federal Reserve dalam beberapa bulan mendatang.